TB-HIV
TB-HIV :
TB paru disebabkan oleh Mycobakterium tuberculosis yang merupakan batang aerobic tahan asam yang tumbuh lambat dan sensitive terhadap panas dan sinar UV. Bakteri yang jarang sebagai penyebab, tetapi pernah terjadi adalah M. Bovis dan M. Avium.HIV merupakan faktor risiko yang paling kuat bagi yang terinfeksi TB menjadi sakit TB. Infeksi HIV mengakibatkan kerusakan luas sistem daya tahan tubuh seluler (cellular immunity), sehingga jika terjadi infeksi penyerta (oportunistic), seperti tuberkulosis, maka yang bersangkutan akan menjadi sakit parah bahkan bisa mengakibatkan kematian. Bila jumlah orang terinfeksi HIV meningkat, maka jumlah pasien TB akan meningkat, dengan demikian penularan TB di masyarakat akan meningkat pula.
Dampak infeksi HIV terhadap paru
Makrofag dan limfosit alveoler yang terdapat di permukaan epitel alveoli adalah sel defender utama parenkim paru.2 Terinfeksinya makrofag dan limfosit alveoler oleh HIV (paparan endogen) merupakan proses krusial pada patogenesis penyakit paru pada AIDS. Molekul CD4 pada permukaan sel merupakan receptor untuk masuknya HIV dan untuk masuknya virus ke dalam sel diperlukan kerjasama dengan ko-reseptor kemokin. CCR5 adalah ko-reseptor yang digunakan untuk menginfeksi makrofag oleh strain monoscytetropic (M-tropic), namun tidak untuk menginfeksi limfosit dan sebaliknya CXCR4 atau fusin untuk strain lymphocyte-tropic (L-tropic) Makrofag alveoler merupakan reservoir HIV yang utama. Hal ini dibuktikan dengan terdeteksinya HIV reverse transcriptase dari hasil Bronchoalveolar Lavage (BAL). Pada paru, CD4 ini terdapat pada permukaan makrofag alveoler dan ko-reseptor yang paling berperan adalah CCR5 walaupun terdapat pula ekspresi CXCR4.Infeksi oleh strain M-tropic dapat diblokir oleh CC chemokines RANTES, macrophage inflammatory protein- 1_dan _ yang berperan sebagai ligand CCR5. Seiring dengan perkembangan infeksi HIV, maka peran strain M-tropic digantikan oleh T-tropic, disertai penurunan yang cepat status imunologik penderita. Sebagai reaksi defensif lokal paru terhadap masuknya virus.
Berdasarkan Surat Keputusan Direktur Utama RSPG No. PM. 01.07./II/5096/2012 tentang pembentukan Tim HIV- AIDS di RSPG dan Surat Keputusan Direktur Utama RSPG No. KP.02.07/II/4899/2012, maka pelayanan TB-HIV di laksanakan walau pengadaan obat ARV bekerja sama dengan RSJ dr. Marzuki Mahdi Bogor tetapi mulai tahun 2014 obat ARV langsung dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat.
- Diagnostik dan Terapi TB-HIV
- VCT
- PITC
- POLIKLINIK TB-HIV
- RAWAT INAP TB-HIV
dr.Fordiastiko Sp.P
dr.Yuniar Tri Kusuma Lubis
dr.David Ririmase
Deby,AMK
- PEMERIKSAAN RAPID HIV
- ELISA HIV
- WESTERN BLOOD HIV
- RNA HIV
- CD4
Dengan TB ekstrapulmo, maka harus perhatikan dahulu, apakah pasien sudah diberikan terapi ARV (Antiretroviral Virus) atau belum, dan apakah pasien sudah mengkonsumsi AOT (Obat Anti TB) atau belum. Masalah koinfeksi Tuberkulosis dengan HIV merupakan masalah yang sering dihadapi di Indonesia. Pada prinsipnya, pemberian OAT pada ODHA tidak berbeda dengan pasien HIV negatif. Interaksi antar OAT dan ARV terutama dengan hepatotoksiknya. Pada ODHA yang belum mendapat terapi ARV, waktu pemberian OAT harus disesuaikan dengan kondisinya.
Tatalaksanan pengobatan TB pada pasien dengan infeksi HIV/AIDS adalah sama seperti pasien TB lainnya. Obat TB pada pasien HIV/AIDS sama efektifnya dengan pasien TB yang tidak disertai HIV/AIDS. Prinsip pengobatan pasien TB-HIV adalah dengan mendahulukan pengobatan TB. Pengobatan ARV(antiretroviral) dimulai berdasarkan stadium klinis HIV sesuai dengan standar WHO. Penggunaan suntikan Streptomisin harus memperhatikan Prinsip-prinsip Universal Precaution (Kewaspadaan Keamanan Universal). Pasien TB yang berisiko tinggi terhadap infeksi HIV perlu dirujuk ke pelayanan VCT (Voluntary Counceling and Testing = Konsul sukarela dengan test HIV).
Jurnal :
American Thoracic Society (ATS) Journal : Public Private Mixed Implementation Enhanced Pulmonologist Adherence of Using ISTC In Private Sectors in Bogor, Indonesia.
dr.Alvin Kosasih,Sp.P
Buku :
1. Buku Diagnosis Dan Tatalaksana Kegawatdaruratan Paru
oleh dr.Alvin Kosasih .,Sp.P
2. Buku Rumah Sakit Pro Aktif
oleh dr. Emil Ibrahim , MARS
Dinkes Provinsi Jawa Barat
DINKES Kota Bogor
DINKES Kabupaten Bogor
DINKES Cianjur
RS.Dr.H.Marzoeki Mahdi
RS.AZRA
RS.Permata Cibubur
RS.PMI Bogor
RS.Hermina Bogor
RSUD Ciawi
RS.BMC Boogor
RS.Medika Dramaga Bogor
RSUD Cibinong
RSUD Sekarwangi Sukabumi
RS.Sentra Medika Bogor
RS.Sentra Medika Cisalak Depok
RSUD Leuwiliang Bogor
Dengan dilatarbelakangi Indonesia sebagai negara dengan kasus tuberkulosis (TB) kedua terbesar di dunia. Salah satu penyebabnya adalah pengetahuan dan kesadaran masyarakat yang rendah terhadap penyakit TB serta risiko penularan penyakit semakin tinggi seiring dengan munculnya kasus TB resisten obat akibat jumlah kasus pasien TB putus obat meningkat. Dalam rangka peringatan hari Tuberkulosis Sedunia (TB Day), RS Paru Dr M. Goenawan Partowidigdo (RSPG) Cisarua bekerjasama dengan Asosiasi RS Paru dan Balai Kesehatan Paru Indonesia (ARSABAPI) bermaksud mengadakan kegiatan seminar sebagai upaya meningkatkan kesadaran dan pengetahuan tentang TB. Seminar yang diadakan berupa seminar Ilmiah dengan tema “Wanted: leaders for a TB Free World “serta seminar awam dengan tema “Penyakit Tuberkulosis tidak mungkin berlalu jika kita tidak bertemu”. Peran Asosiasi RS Paru dan Balai Kesehatan Paru Indonesia (ARSABAPI) sangat penting dalam upaya peningkatan pelayanan kesehatan Paru serta menjadi wadah kerjasama antar anggota dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan, khususnya di bidang kesehatan paru dan respirasi. Melalui kerjasama yang baik, diharapkan RSPG sebagai salah satu anggota ARSABAPI dapat menjadi pusat rujukan penatalaksanaan penyakit TB dan TB Resisten Obat secara komprehensif Indonesia di masa mendatang.
Seminar ini bertujuan untuk,
1. Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat terhadap pola hidup bersih dan sehat serta aktif melaksanakan kesehatan Paru;
2. Meningkatkan kualitas pelayanan unggulan di RSPG Cisarua sebagai Rumah Sakit Rujukan Paru Nasional;
3. Meningkatkan kerjasama RSPG dengan stakeholder pelayanan kesehatan dalam penanggulangan TB Nasional.
Jadwal Seminar :
Seminar Ilmiah dengan tema “Wanted: leaders for a TB Free World “ pada tanggal 22 Maret 2018 dengan Keynote Speaker : Menteri Kesehatan Republik Indonesia dan narasumber diantaranya:
1. Dr. Ir. Arifin Panigoro (Tokoh masyarakat pemerhati pemberantasan Tuberkolosis)
2. Prof. dr. Menaldi Rasmin, Sp.P (K) (Guru Besar Ilmu Kesehatan Paru Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia)
3. dr. Neni Sawitri Sp.P, FISR (Penanggung jawab TB Resisten Obat RSP Dr.M.Goenawan Partowidigdo Cisarua Bogor)
4. dr. Nina Herlina, Sp. A ( Dokter Spesialis Anak di RSP Dr.M.Goenawan Partowidigdo Cisarua Bogor)
5. PETA/Terjang Cabang Bogor (Harapan dan kendala pasien TB-Resisten Obat )
Seminar Awam dengan tema “Penyakit Tuberkulosis Tidak Mungkin Berlalu, Jika Kita Tidak Bertemu” pada tanggal 22 Maret 2018 dengan Host : hengky Kurniawan
Untuk info/pendaftaran seminar dapat menghubungi :
Bpk. Mus Mulyadi, SKM (HP/WA 085888585809)
Bpk. Iwan Ridwanullah, SKM ( HP/WA 081311016403)
AKSES MENUJU RSPG MENGGUNAKAN TRANSPORTASI UMUM AKSES dari Kota Bogor : Naik angkutan Umum 01 Jurusan Ciawi , dari Ciawi Naik angkutan Umum 02 Jurusan Cisarua AKSES dari Bandara SOETA : DAMRI menuju Kota Bogor Lalu Naik angkutan Umum 01 Jurusan Ciawi , dari Ciawi Naik angkutan Umum 02 Jurusan Cisarua AKSES dari Cianjur : Naik Angkutan Umum ELP Putih / Colt Mini jurusan Cianjur – Bogor AKSES dari Stasiun : Turun di stasiun Bogor, Naik angkutan Umum 03 Jurusan Baranang Siang turun depan Mesjid raya Bogor lalu Naik angkutan Umum 01 Jurusan Ciawi , dari Ciawi Naik angkutan Umum 02 Jurusan Cisarua atau Turun di stasiun Bogor, Naik angkutan Umum 02 Jurusan Sukasari turun depan PDAM lalu Naik angkutan Umum 02 Jurusan Cisarua Anda dapat melihat MAP RSPG di Halaman Kontak Kami.